Kerinci merupakan salah satu kabupaten di Jambi. Pada awal kemerdekaan, Kerinci menjadi Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci. Selanjutnya, pada saat Jambi akan dibentuk menjadi provinsi maka Kerinci dimasukkan ke dalam Provinsi Jambi sehingga menjadi Kabupaten Kerinci. Saat ini, Kerinci terbagi menjadi 2 (dua) wilayah administratif, yaitu Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Kerinci berbatasan langsung dengan 2 (dua) provinsi di Sumatera, yaitu di Utara dan Barat dengan Kabupaten Solok dan Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, di Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu.
Objek wisata Bukit Khayangan di Kerinci
Perjalanan dari Jakarta ke Kerinci dapat ditempuh melalui jalur darat dan udara. Jalur darat bisa langsung dari Jakarta ke Kerinci atau naik pesawat ke Jambi atau Padang kemudian dilanjutkan melalui jalur darat ke Kerinci. Sementara, jalur udara ditempuh dengan naik pesawat dari Jakarta ke Jambi kemudian dilanjutkan dengan naik pesawat ke Muara Bungo lalu ke Kerinci. Bandar Udara Depati Parbo di Kerinci hanya bisa menampung pesawat jenis ATR. Dalam satu hari terdapat 2 (dua) penerbangan Jambi-Muara Bungo-Kerinci PP.
Bandar Udara Depati Parbo sebagai akses utama jalur transportasi udara dari dan ke Kerinci.
Ini adalah pertama kali saya menjejakkan kaki di Kerinci. Sebelum berangkat ke Kerinci saya berfikir kalau Kerinci adalah daerah yang sunyi, sepi, dan terpencil. Daerah yang ada di pelosok. Demikian yang ada di benak saya. Saya hanya tahu daerah ini dingin dari teman yang pernah pergi ke Kerinci. Oleh karena itu, saya sudah menyiapkan jaket.
Setelah sampai di Kerinci ternyata apa yang sebelumnya ada di benak saya sama sekali berbeda dengan fakta yang ada. Kerinci ternyata ramai. Tidak sunyi, sepi, dan terpencil. Bahkan, rumah-rumah yang ada di daerah ini padat dan berlapis-lapis. Jalanan dipenuhi kendaraan, baik kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, maupun angkutan umum. Meskipun sayangnya jalan-jalan yang ada di Kota Sungai Penuh sempit dan dipenuhi mobil yang parkir sembarangan di pinggir jalan.
Lapangan Merdeka menjadi tempat olahraga warga kota Sungai Penuh. Pada hari Minggu pagi tempat ini ramai dikunjungi warga yang berolahraga lari dan senam.
Warga memenuhi Lapangan Merdeka pada pagi hari Minggu.
Saat turun dari pesawat terpampang tulisan yang berbunyi “Selamat Datang di Bandar Udara Depati Parbo Kerinci Bumi Sekepal Tanah Surga”. Sebuah tulisan yang sangat menarik sekali. Saya tidak mengerti apakah yang dimaksud dengan Tanah Surga itu adalah keindahan yang dimiliki Kerinci, kesuburan tanahnya, atau lainnya. Apakah Tanah Surga ini juga bermakna bahwa orang-orang Kerinci adalah orang-orang yang bertakwa kepada Sang Khalik. Itu semua hanya bisa dijelaskan oleh orang Kerinci.
Pemandangan Danau Kerinci dari atas pesawat. Nampak Gunung Rayo yang melatari Danau Kerinci.
Kalau yang dimaksudkan dengan Sekepal Tanah Surga adalah keindahan dan kesuburan Kerinci barangkali tidak ada yang bisa membantahnya. Saat masih di atas pesawat saja saya melihat betapa indahnya Danau Kerinci yang dipagari oleh kokohnya Pegunungan Bukit Barisan. Danau ini berada di kaki Gunung Rayo yang terlihat indah. Selain pemandangannya yang indah. Danau Kerinci juga berisi banyak ikan. Ini terlihat dari banyaknya bagan ikan di Danau Kerinci. Selain itu, saat membeli makanan yang lauknya berupa ikan maka penjual akan menyebutnya dengan ikan danau.
Gunung Kerinci nampak di kejauhan yang menghiasi pemandangan kota Sungai Penuh.
Menurut cerita warga, pada masa dulu Danau Kerinci dipenuhi oleh rumput. Rumput danau ini memenuhi hampir seluruh permukaan danau sehingga air danau tidak terlihat lagi. Pada masa pemerintahan Soeharto dilepaslah ikan ke dalam danau ini. Dengan adanya ikan tersebut maka rumput-rumpat danau itu habis dimakan oleh ikan sehingga permukaan danau menjadi terlihat.
Masyarakat Kerinci
Menurut cerita warga, orang asli Kerinci termasuk terbanyak di Jambi sehingga hampir di setiap wilayah di Jambi terdapat orang Kerinci. Adapun di Kota Sungai Penuh saya melihat sangat banyak orang Minang. Bahkan, di kota ini bahasa sehari-hari yang saya dengar adalah bahasa Minang. Menurut warga yang sempat saya tanyakan membenarkan bahwa bahasa perdagangan di Sungai Penuh menggunakan bahasa Minang.
Suasana pagi hari di kota Sungai Penuh.
Hal itu dikarenakan banyak pedagang yang berasal dari Minang. Saat saya olahraga pagi di Lapangan Merdeka Sungai Penuh yang saya dengar adalah bahasa Minang. Panggilan yang saya dengar pun Uda dan Uni. Pada saat saya lewat di depan ojek pangkalan yang saya dengar juga bahasa Minang. Di hotel tempat saya menginap pun bahasa karyawannya juga bahasa Minang. Sampai-sampai saya berkesimpulan kota Sungai Penuh ini adalah kota Padang yang berlokasi di Jambi.
Hamparan sawah di sekitaran Sungai Penuh.
Selain pedagang Minang, di kota Sungai Penuh juga terdapat pedagang Jawa dan China. Pedagang Jawa banyak terlihat berjualan makanan seperti Lele goreng, soto Lamongan, dan lain sebagainya. Sementara pedagangan China berjualan alat-alat bangunan.
Wisata Kerinci
Kerinci memiliki potensi wisata yang sangat baik. Pemandangan indah dengan mudah dapat ditemukan di daerah ini. Di sekitaran kota Sungai Penuh burung-burung sejenis bangau dan hamparan sawah menghijau indah di Kerinci. Pegunungan Bukit Barisan selalu nampak menakjubkan dengan kabut tebal di pagi hari yang menyelimutinya. Udara dingin menyelimuti kota ini sehingga cocok untuk para wisatawan. Hotel-hotel cukup banyak di Sungai Penuh sehingga memudahkan wisatawan menginap saat berwisata.
Jalanan berkelok menuju ke Bukit Khayangan.
Bergerak ke arah Kayu Aro kita bisa menyaksikan hamparan kebun teh. Kebun teh ini berada di kaki Gunung Kerinci. Selain teh, di daerah ini juga terdapat kopi dan sayuran. Di kaki Gunung Kerinci ini banyak terdapat orang Jawa. Mereka pada umumnya berkerja sebagai petani sayuran.
Hamparan kebun teh di Kayu Aro.
Teh di kaki Gunung Kerinci. Nampak sedikit kaki Gunung Kerinci yang luput dari selimutan kabut tebal.
Pada saat saya mengunjungi kebun teh, Gunung Kerinci sama sekali tidak terlihat. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini tertutup kabut tebal mulai dari kaki sampai puncaknya. Tidak jauh dari Gunung Kerinci juga terdapat objek wisata air terjun yang bernama Air Terjun Telun Berasap. Saat saya mengunjungi air terjun ini kondisi cuaca sedang hujan sehingga airnya keruh. Belum lagi kabut menyelimuti sekitaran air terjun sehingga pemandangan indah tidak bisa terpantau secara maksimal.
Hulu Air Terjun Telun Berasap yang nampak keruh disebabkan hujan deras mengguyur objek wisata ini.
Kembali ke sekitaran kota Sungai Penuh terdapat objek wisata lain, yaitu Bukit Khayangan. Untuk menuju ke Bukit Khayangan dibutuhkan waktu sekitar lebih kurang 10 menit dari Kota Sungai Penuh. Di bukit ini wisatawan dapat melihat pemandangan indah kota Sungai Penuh, hamparan sawah, dan Danau Kerinci. Namun demikian, wisatawan harus memilih waktu yang pas untuk berkunjung ke tempat ini karena jika kurang beruntung wisatawan sama sekali tidak bisa memandangi indahnya pemandangan di bawah Bukit Khayangan. Hal itu dikarenakan tebalnya kabut yang menghalangi pemandangan dari atas bukit ke bawahnya.
Perkebunan Kopi di Kayu Aro.

Teh talua (teh dicampur telur) cocok diminum di malam hari saat cuaca dingin menembus baju.
Segenap masyarakat Kerinci harus lebih gencar lagi mempromosikan wisata daerah ini. Karena keindahan Kerinci belum terinformasikan secara maksimal sehingga belum bisa menjadi komoditas utama bagi kemajuan wisata daerah ini.[]