Sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jambi, Kota Jambi dihiasi berbagai
macam bangunan-bangunan megah dan tinggi. Di kiri kanan jalan sepanjang kota
ini terdapat pertokoan. Kota kecil di salah satu provinsi di Pulau Sumatra ini
terus bergeliat ke arah kemajuan.
~~~~~
Di awal
tahun 2019 ini saya menginjakkan kaki di Kota Jambi. Kota yang memiliki
semboyan Tanah Pilih Pusako Betuah ini termasuk kota yang padat dan
ramai. Kota ini dipisahkan oleh sungai kebanggaan masyarakat Jambi, yaitu
Sungai Batanghari. Di atas sungai ini terbentang Jembatan Gentala Arasy. Jembatan
yang baru diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2015 ini menjadi ikon baru
wisata Kota Jambi.
|
Bandar Udara Sultan Thaha kebanggaan masyarakat Jambi. |
Ada yang
mengatakan bahwa belum ke Kota Jambi jika belum ke jembatan ini. Kalau perkataan
itu benar maka saya termasuk orang yang meskipun sudah ke Kota Jambi tapi belum
sempat pergi ke Jembatan Gentala Arasy. Saat saya ke kota ini, musim hujan
sedang berada di puncaknya sehingga hampir setiap hari, baik pagi, sore, maupun
malam turun hujan. Hujan juga menyebabkan pesawat yang saya tumpangi harus
memutar-mutar terlebih dahulu selama lebih kurang 20 menit di udara karena
jarak pandang pilot tidak aman untuk mendarat. Hujan itulah yang membuat saya
malas pergi ke jembatan itu meskipun saya beberapa kali sudah merencakannya. Tapi
saat akan pergi hujan turun. Mudah-mudahan jika ada kesempatan kembali ke kota
ini saya bisa berkunjung ke jembatan ini.
Sebagaimana
kota-kota lainnya di Indonesia, penduduk di Kota Jambi juga beraneka ragam. Kota
ini dihuni oleh Suku Melayu, Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Aceh, Tionghoa,
dan lain-lain. Suku-suku ini saling bekerja sama untuk membangun Kota Jambi
sehingga kota ini bisa maju sebagaimana kota-kota provinsi lainnya di Sumatra.
Ciri khas
Suku Melayu di Kota Jambi bisa dilihat dari nama-nama penulisan kantor
pemerintahan. Pada prasasti tertulis nama-nama kantor dinas atau pemerintahan
bertuliskan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu adalah tulisan beraksara Arab yang
berbahasa Melayu (Indonesia). Pada masa Kerajaan Nusantara tulisan yang lazim
digunakan adalah tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu bisa ditemukan di
buku-buku, perjanjian perdagangan, dan lain sebagainya. Namun setelah Indonesia
merdeka, kebijakan pemberantasan buta aksara ikut berkontribusi melangkakan
tulisan Arab Melayu. Di beberapa daerah yang berbahasa Melayu tulisan Arab
Melayu masih coba dilestarikan.
|
Pagi hari di salah satu bagian kota Jambi. |
Masjid Seribu
Tiang
Di Kota
Jambi terdapat satu masjid yang menjadi kebanggaan kota ini. Masjid tersebut
mempunyai nama sebutan yang unik, yaitu Masjid Seribu Tiang. Agaknya nama ini
diambil dari banyaknya tiang yang ada di masjid ini. Selain banyaknya tiang,
masjid ini juga memiliki keunikan lain yaitu tidak ada pintu dan dinding. Semua
sisi masjid dibiarkan terbuka. Bentuk arsitektur yang seperti itu mengakibatkan
masjid ini selalu adem karena angin bisa berhembus dari mana saja.
|
Masjid Seribu Tiang di malam hari. |
Pada saat
saya melakukan shalat Jumat di sini, saya melihat begitu banyak masyarakat
shalat di masjid ini. Sampai-sampai jalanan macet dan sebagian jalan digunakan
parkir kendaraan. Karena demikian banyaknya masyarakat yang shalat di sini saya
bertanya ke salah satu jamaah untuk mengetahui apakah masjid ini memang selalu
ramai dikunjungi jamaah pada saat shalat Jumat. Jamaah yang saya tanyakan
membenarkan bahwa memang masjid ini selalu ramai. Tapi, dia mengakui bahwa
memang biasanya tidak seramai saat saya shalat Jumat di masjid itu. Ternyata, pada
hari itu masjid sangat ramai karena di Masjid Seribu Tiang sedang kedatangan Calon
Wakil Presiden 02, Sandiaga Uno.
|
Masjid Seribu Tiang di siang hari. |
Kejadian seperti
ini sudah 3 kali saya alami. Dulu di Depok saat saya shalat Jumat juga
kedatangan Calon Presiden Jusuf Kalla. Saat itu Jusuf Kalla adalah Calon
Presiden dalam Pemilihan Presiden tahun 2009. Saat itu, masyarakat terlihat
biasa saja, tidak seantusias sekarang. Saat ini, masyarakat begitu antusias. Saya
tidak mengerti apakah ini pengaruh dari pesatnya informasi melalui media massa
dan internet atau karena hal lainnya. Karena pada saat kebetulan berada di
tempat yang sama dengan Calon Wakil Presiden 01, KH. Ma’ruf Amin di tempat
makan sate di daerah Karawangan, antusiasme yang sama dengan yang ada di Masjid
Seribu Tiang juga saya temukan di tempat itu.
|
Suasana di dalam masjid saat selesai Jumatan. Tampak di depan masyarakat berkumpul untuk melihat Cawapres 02. |
Kembali ke Kota Jambi. Dikarenakan kota ini
berada di tepian Sungai Batanghari maka makanan khas kota ini mayoritas berasal
dari sungai. Masakan di kota ini didominasi ikan sungai, seperti ikan Patin,
Toman, Mujair, Nila, dan lain-lain. Salah satu masakan favorit saya selama
berada di Kota Jambi adalah Pindang Patin. Dengan rasa pedas, manis, dan asam
yang seimbang, Pindang Patin pas dimakan saat musim hujan mengguyur Kota Jambi.[]
0 Komentar