Banjarmasin yang Katanya Kota Seribu Sungai


Julukan sebagai Kota Seribu Sungai kiranya cukup mewakili kondisi geografis kota Banjarmasin. Meskipun jumlah sungai tidak mencapai seribu tapi banyaknya jumlah sungai di kota ini menunjukkan bahwa kota ini berkembang dengan kondisi sungai di dalamnya. Namun sayangnya, sejak dulu sampai sekarang jumlah sungai di kota ini mengalami penurunan. Berdasarkan catatan dari Dinas Kimprasko Banjarmasin jumlah sungai terus menyusut (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin#cite_note-46). 
Tahun 1997, sungai di kota Banjarmasin berjumlah 117. Selanjutnya, tahun 2002 menyusut jadi 70 sungai. Bahkan, pada 2004 kota ini hanya memiliki 60 sungai saja.
Sungai Martapura yang membelah kota Banjarmasin.
Kondisi tersebut tentunya sangat disayangkan. Penataan perkotaan nampaknya berakibat pada “hilangnya” sungai-sungai yang ada di kota ini. Padahal, pemerintah bisa mengembangkan sungai-sungai yang ada tidak hanya untuk keuntungan ekonomi, tapi juga pariwisata yang bisa mentahbiskan kembali gelar Kota Seribu Sungai. Karena bagaimanapun juga, dari jaman dulu kota ini sudah lekat dengan sungai. Sungai menjadi alat transportasi dan sarana pengangkut dan perdagangan.
Di tengah kota Banjarmasin terdapat Sungai Martapura. Sungai ini membelah kota Banjarmasin hingga membagi kota ini menjadi dua sisi. Dikarenakan kota ini memiliki banyak sungai, maka kita bisa melihat rumah-rumah warga yang berbentuk panggung. Di bawah rumah warga ini terdapat genangan air. Baik dikala air sungai naik atau pasang maupun tidak.
Salah satu masjid yang terdapat di kota Banjarmasin
Sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin sudah pasti dihuni oleh beragam suku bangsa. Mayoritas penduduknya adalah suku Banjar. Berikutnya Jawa, Madura, dan Tionghoa. Sebagai penduduk mayoritas, orang Banjar lekat dengan kehidupan sungainya. Tidak mengherankan kalau kota ini memiliki objek wisata andalan yaitu Pasar Terapung. Terdapat tiga Pasar Terapung di kota atau sekitaran Banjarmasin, yaitu Pasar Terapung Siring Sungai Martapura, Pasar Terapung Lokba Intan, dan Pasar Terapung Kuin. Dari ketiga Pasar Terapung tersebut, Pasar Terapung Siring Sungai Martapura adalah pasar yang terdekat dengan kota Banjarmasin. Oleh karena itu, pasar ini termasuk yang paling ramai dikunjungi warga dan wisatawan dibandingkan dengan kedua pasar lainnya.
Di pasar terapung banyak barang dagangan yang bisa dibeli oleh pengunjung, seperti buah-buahan, sayuran, bahan masakan (bumbu), aneka jajanan ringan, dan lain sebagainya. Namun, dikarenakan pasar ini merupakan salah satu tujuan utama objek wisata di Banjarmasin maka tidak sedikit pengunjung yang datang ke sini hanya untuk melihat-lihat dan berswafoto. Bagi pengunjung yang bermaksud datang ke pasar terapung ini diusahakan pada “jam buka” pasar ini, yaitu pukul 06.00-10.00 WITA.
Hal lain yang dinikmati pada saat mengunjungi kota Banjarmasin adalah makanan khasnya, yaitu Lontong Orari dan Soto Banjar. Kedua makanan ini sudah sangat terkenal di Banjarmasin. Oleh sebab itu, belum dikatakan pernah ke Banjarmasin jika belum mencicipi kedua makanan tersebut.
Lontong Orari merupakan lontong sayur. Lontong ini dilengkapi dengan ikan aruan (haruan), daging ayam, dan telur. Saat memesan lontong kita bisa memilih paket komplit atau paket setengah. Paket komplit berisi dua potong besar lontong dengan ikan aruan (haruan), daging ayam, dan telur. Saat saya memesan, paket komplit hanya seharga Rp52.000 saja. Adapun paket setengah hanya seharga Rp50.000 yang berisi satu potong lontong dengan pilihan ikan aruan (haruan), daging ayam, dan telur. Menurut saya, ukuran yang pas adalah paket setengah karena paket komplit terlalu banyak.
Lontong Orari Paket Komplit
Rasa Lontong Orari hampir sama dengan lontong sayur pada umumnya. Hanya saja memang pada saat dihidangkan dari dapur, lontong ini terasa agak manis. Bagi yang kurang suka dengan makanan manis tentunya akan bermasalah. Namun, untuk menambah rasa pedas disedikan sambal yang terletak di meja. Bagi saya yang kurang suka makanan manis baru bisa menikmati Lontong Orari manakala sudah menambahkan 3 sendok sambal.
Dikarenakan lontong ini sudah terkenal maka tempat ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Pada saat saya berkunjung ke tempat ini semua meja makan dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan, setiap pengunjung meninggalkan meja makan karena selesai makan maka tidak lama berselang meja makan itu akan diisi oleh pengunjung lainnya. Sayangnya, parkir untuk kendaraan dirasa masih kurang memadai. Selain itu, kondisi jalan pun cukup sempit. Bagi yang bermaksud ke tempat ini lebih nyaman dengan kendaraan umum (online) karena tidak perlu memikirkan bagaimana memakirkan kendaraannya.
Selain Lontong Orari, makanan khas Banjarmasin ada Soto Banjar. Soto ini berbeda dengan soto lainnya. Kuah Soto Banjar terasa pedas meskipun belum dicampurkan dengan sambal. Menurut saya, kelebihan soto ini terletak pada kuahnya yang terasa khas dibandingkan dengan soto-soto lainnya yang ada di bumi Nusantara.
Soto Banjar makanan khas Banjarmasin
Sebagai ibukota provinsi banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memajukannya. Pada saat saya baru mendarat di Bandar Udara Syamsudin Noor terjadi mati lampu. Sudah beberapa bandar udara saya kunjungi baru di bandar udara inilah saya mengalami kejadian mati lampu.[]

Posting Komentar

0 Komentar