Tiket Pesawat Nasibmu Kini


Pesawat salah satu alat transportasi yang banyak dipilih orang. Pertimbangannya selain nyaman pesawat juga mempercepat waktu perjalanan. Jarak yang jauhnya berpuluh kilo meter bisa ditempuh hanya beberapa jam saja. Perjalanan darat atau laut yang memakan waktu berjam-jam bisa dipangkas hanya menjadi beberapa menit saja dengan naik pesawat.
Bagi orang yang memiliki kepentingan dan keterbatasan waktu maka sudah pasti pesawat menjadi pilihan utamanya. Faktor keterdesakan atau kegentingan juga membuat orang memilih pesawat. Di samping itu, para pekerja kantoran biasanya juga memilih pesawat karena memperhitungkan tenaga yang harus digunakan jika memilih moda transportasi lainnya.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesawat tersebut membuatnya menjadi pilihan banyak orang dalam melakukan perjalanan. Tidak mengherankan kalau pesawat selalu penuh terisi penumpang. Pesawat mencapai kejayaannya. Itu bisa dilihat dari banyaknya maskapai penerbangan di Indonesia.
Maskapai-maskapai tersebut berlomba-lomba memberikan harga tiket yang murah. Persaingan antar maskapai secara tidak langsung membawa dampak positif bagi rakyat Indonesia. Dampak tersebut adalah hampir semua kalangan bisa menikmati naik pesawat. Naik pesawat bukan sesuatu yang mewah karena hampir semua orang mampu membeli tiket. Meskipun harga tiket murah, maskapai penerbangan tetap berusaha memberikan service yang memuaskan.
Saya ingat betul dulu di awal tahun 2000-an harga tiket pesawat ke tempat tinggal saya pernah seharga Rp260.000-an. Harga ini sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga tiket kapal cepat yang saat itu berkisar sekitar Rp180.000-an. Dengan keunggulan pesawat tentunya orang-orang lebih memilih naik pesawat dibandingkan naik kapal. Saat itu, dengan harga pesawat Rp260.000-an saya sudah bisa menikmati minuman dan makanan di dalam pesawat.
Di era kejayaan penerbangan ini, saya bisa memilih berbagai macam penerbangan. Itu karena banyak pilihan pesawat di Indonesia. Persaingan sehat antar maskapai tidak hanya membuat penerbangan Indonesia berjaya tetapi juga membuat masyarakat untung.
Namun, saat ini apa yang terjadi di atas hanya cerita lama. Apa yang terjadi di atas adalah nostalgia manis rakyat Indonesia. Saat ini harga tiket pesawat sangat mahal bagi kebanyakan rakyat Indonesia. Akibatnya tidak semua orang mampu membeli tiket pesawat. Agaknya naik pesawat menjadi hal mewah bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
Saya katakan sangat mahal karena pengalaman saya membeli tiket tahun 2018 dengan tahun 2019 harganya sangat berbeda. Contohnya tahun 2018, tiket seharga Rp320.000-an bisa membawa saya terbang ke Pangkalpinang. Tahun 2019, saya baru bisa terbang ke Pangkalpinang jika mampu membeli tiket seharga paling murah Rp800.000-an. Harga segitu hanya tersedia untuk penerbangan paling pagi atau paling malam.
Dengan harga tiket yang mahal, tentunya hanya orang-orang berkantong tebal mampu membeli tiket pesawat. Selain tentunya orang-orang kantoran yang naik pesawat karena memang sudah menjadi tugasnya.
Saya jadi bertanya-tanya kenapa harga tiket pesawat bisa semahal ini. Sebagai orang awam yang tidak paham dengan berbagai permasalahan seluk beluk dunia penerbangan hanya bisa melihat bahwa mahalnya harga tiket membawa efek negatif bagi banyak hal. Misalnya saja pesawat menjadi sepi, bandara pun demikian, dan kursi damri banyak yang kosong.
Saya yang hampir setiap bulan naik pesawat bisa melihat perbedaan yang terjadi pada saat harga tiket murah dengan harga tiket mahal. Saya melihat banyak kursi pesawat yang kosong. Saat naik damri pun banyak kursi kosong. Bandara tidak seramai dulu.
Sebagai orang awam muncul pertanyaan di benak saya, yaitu apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini? Sampai sejauh ini saya kok belum melihatnya. Ini didasari dengan kenyataan bahwa sampai detik ini harga tiket masih mahal. Ntah sampai kapan harga tiket mahal ini bertahan. Akankah suatu hari nanti ia turun menjadi murah atau justru bertambah naik menjadi lebih mahal? Ebiet G Ade, berkata “tanyakan pada rumput yang bergoyang.”[]

Posting Komentar

0 Komentar