Negeri Dewa “di sebelah” Indonesia


Siapa yang tidak tahu dengan Bali? Rasanya hampir setiap orang di negeri ini tahu dengan Bali. Bahkan, saya pernah mendengar cerita dari kawan bahwa di luar negeri orang lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Ada yang menyatakan bahwa di luar negeri pada saat bertanya, “Apakah anda tahu Indonesia?”, maka orang itu akan balik bertanya, “Indonesia di sebelah mananya Bali?” Pertanyaan ini tentunya cukup miris sekaligus lucu karena mereka lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Padahal, Bali hanyalah salah satu provinsi di Indonesia.
Salah satu sudut di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
Bali dikenal dengan nama Pulau Dewata. Julukan ini tepat diberikan ke Bali karena Bali merupakan daerah yang penduduknya mayoritas memeluk agama Hindu. Di Bali kita akan mudah menemukan tempat-tempat peribadatan terhadap dewa. Bahkan, tidak jarang tempat-tempat peribadatan itu menjadi tujuan wisata. Meskipun menjadi tempat wisata, kesucian dan kesakralan tempat peribadatan tetap terjaga.
Umat Hindu Bali memang terus berupaya menjaga dan melestarikan kesucian dan kesakralan ajaran Hindu. Misalnya pada saat Hari Nyepi umat Hindu dilarang melakukan aktivitas di luar rumah. Bandara Internasional Ngurah Rai berhenti total beroperasi selama 24 jam. Tidak hanya itu, jaringan internet juga dimatikan. Namun demikian, umat Hindu masih memberikan toleransi kepada umat muslim untuk beribadah ke masjid. Hanya saja memang umat muslim dibatasi untuk beribadah di masjid yang paling dekat dari rumahnya. Selain itu, masjid juga tidak boleh menggunakan pengeras suara.
Semua tindakan di atas merupakan upaya umat Hindu Bali untuk melestarikan ajaran agama Hindu. Meskipun modernisme dan globalisasi begitu massif masuk ke Bali namun tidak membuat orang Bali kehilangan identitas budaya dan keyakinannya. Hal ini tentunya patut menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kesakralan Pura
Di Pura Tanah Lot, misalnya. Pada saat wisatawan ingin “mendekati” tempat ini maka ia harus bersih. Menurut cerita yang saya dengar perempuan yang ingin berkunjung ke Pura Tanah Lot harus terbebas dari haid (datang bulan). Sebagai muslim, saya memaklumi ini karena dalam keyakinan agama saya juga sama, yaitu perempuan yang sedang datang bulan dilarang masuk ke masjid.
Gerbang masuk ke tempat wisata Pura Tanah Lot.
Lampu di sisi bawah batu karang sudah menyala menandakan hari sudah memasuki malam. Namun, para wisatawan masih ramai berkunjung ke Pura Tanah Lot.
Selain “pantangan” itu, pada saat saya datang di Pura Tanah Lot, saya melihat orang-orang yang bermaksud mendekat ke area pura terlebih dahulu dipercikkan air oleh penjaga pura. Saya tidak tahu apa tujuannya. Saya hanya bisa menduga-duga bahwa itu adalah salah satu ritual penyucian diri sebelum pengunjung masuk ke area pura. Meskipun pengunjung dapat mengunjungi area pura, sebenarnya pengunjung tidak benar-benar masuk ke pura. Karena saya lihat Pura Tanah Lot berada di atas batu karang, sementara pengunjung hanya bisa mengunjungi di bawah area batu karang.
Nampak di kejauhan para wisatawan menaiki area Pura Tanah Lot.
Kebetulan saat saya berkunjung ke Pura Tanah Lot sore hari menjelang magrib. Kondisi ini bagi saya menambah kesakralan Pura Tanah Lot. Kondisi remang-remang hampir gelap tidak mengurangi antusias wisatawan ke Pura Tanah Lot. Wisatawan tetap ramai. Air laut yang menggenangi area sekitaran pura sehingga untuk menuju pura pengunjung harus melewati air laut sekira betis. Namun demikian, kondisi tersebut tidak membuat wisatawan-wisatawan mundur. Mereka tetap maju melangkah ke Pura Tanah Lot. Untuk menghindari ada wisatawan yang terjatuh atau terseret arus ombak, ada satu orang—entah pengurus atau apa namanya—yang sigap menuntun dan memegangi wisatawan. Pengurus ini memegangi wisatawan, terutama wisatawan perempuan sampai ke pura.
Pura Tanah Lot nampak di kejauhan.
Karang Bolong di dekat Pura Tanah Lot.
Selain Pura Tanah Lot, kesakralan juga nampak pada pura yang terletak di Danau Beratan Bedugul. Pura yang dibangun di pinggiran danau juga tidak bisa diakses oleh wisatawan. Para wisatawan hanya bisa melihat dan berfoto dari kejauhan. Di sekitaran objek wisata ini banyak terdapat tukang foto langsung jadi yang harganya cukup murah yaitu Rp10.000 saja untuk satu lembar foto. Tempat wisata ini nampaknya tidak pernah sepi dari wisatawan. Buktinya wisatawan yang mengunjungi tempat ini tetap ramai meskipun hujan deras mengguyur area wisata.
Pura yang ikonik di Danau Beratan Bedugul.
Pemandangan Danau Beratan Bedugul ini indah. Apalagi danau ini berada di ketinggian sehingga kabut tebal acapkali menyelimuti danau ini. Untuk mencapai danau ini, mobil wisatawan harus melewati jalan yang berliku-liku. Jalan ini menyusuri perbukitan. Di ujung ketinggian terdapat lah Danau Beratan Bedugul yang puranya cukup ikonik karena terdapat di uang pecahan lima puluh ribu rupiah emisi tahun 2015.
Pura di Bedugul.
Selain pemandangan indah, ada hal lain yang menarik bagi saya yaitu sebuah masjid. Di daerah yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu tentunya masjid merupakan hal langka. Masjid yang terletak di atas bukit ini sangat membantu wisatawan muslim dalam beribadah. Kebetulan saat saya datang ke sini pada hari Jumat sehingga saya tidak kesulitan melaksanakan shalat Jumat. Shalat Jumat di masjid ini terisi penuh oleh jamaah. Jika saya perhatikan, mayoritas jamaah saat saya shalat Jumat adalah wisatawan.
Masjid yang terdapat di puncak bukit area wisata Ulun Danu Beratan.
Pantai Kuta
Selain mengunjungi tempat sakral, wisatawan juga dapat mengunjungi pantai. Di Bali banyak terdapat pantai-pantai indah yang menjadi destinasi favorit wisatawan. Salah satu pantai yang banyak dikunjungi wisatawan asing dan domestik adalah Pantai Kuta.
Suasana di Pantai Kuta menjelang matahari tenggelam.
Pantai ini menyuguhkan pemandangan sunset indah sehingga semakin sore semakin ramai. Selain menjadi tempat menyaksikan sunset, Pantai Kuta juga menjadi tempat berselancar. Ombaknya menjadi daya tarik peselancar asing untuk menaklukkannya. Di samping itu, di pantai ini juga banyak dijumpai turis asing yang menikmati panasnya terik matahari. Mereka berjemur di pinggir-pinggir pantai.
Wisatawan memenuhi bibir Pantai Kuta.
Tidak jauh dari Pantai Kuta terdapat area yang membuat Bali terkenal di dunia. Kalau Bali terkenal karena keindahan mungkin sudah biasa. Hal yang membuat luar biasa adalah Bali dikenal karena peristiwa Bom Bali yang mengguncang Bali. Teroris yang melakukan pengeboman ini melakukan aksinya di daerah Legian. Menurut warga Bali, Legian adalah pusat hiburan malam di Bali.
Monumen Peringatan Bom Bali di Legian.
Saat saya menyusuri jalanan Legian di sore hari suasana malam sudah mulai bergeliat. Dentuman keras musik dari beberapa cafe sudah mulai terdengar meskipun saat itu baru sekitar pukul 5 sore. Saya tidak tahu bagaimana dunia malam di tempat ini karena memang saya tidak pernah berniat untuk mengetahuinya.
Tepat di persimpangan jalan di Legian terdapat Monumen Bom Bali. Monumen ini menjadi penanda bahwa di daerah ini terdapat aksi pengeboman yang banyak merenggut nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Nyawa para wisatawan maupun penduduk lokal menjadi korban dari ganasnya ideologi radikal.
Tentunya apa yang saya sampaikan di atas hanyalah beberapa tempat wisata di Bali. Masih banyak tempat wisata lainnya yang sangat indah di Bali yang membuat Bali menjadi tujuan wisatawan asing utama di Indonesia.[]

Posting Komentar

0 Komentar