Semarang: Venetie van Java

Jawa Tengah salah satu provinsi terbesar di Indonesia. Beribu kota di Semarang provinsi Jawa Tengah memiliki total 35 kabupaten/kota. Sebagai salah satu provinsi berpenduduk terbesar di Indonesia, Jawa Tengah memiliki peran penting dalam penentuan posisi pemimpin negeri ini. Dalam beberapa kali pelaksanaan pemilu, Jawa Tengah menjadi provinsi penentu kemenangan kontestasi pilpres.
Semarang telah menampakkan wujudnya sebagai kota yang layak dijadikan sebagai ibu kota provinsi. Dengan kontur kota yang cenderung berbukit tidak menjadikan pembangunan di Semarang memiliki kendala yang berarti. Karena itu, tidak jarang terdapat bangunan-bangunan yang berada di “puncak” bukit atau daratan tinggi.

Demikian pula halnya dengan jalan-jalan utama di Semarang. Jalan-jalan berkelok dan turun mengikuti permukaan tanah yang “naik turun”. Namun demikian, kondisi jalanan yang seperti itu tidak menyebabkan jalanan menjadi macet parah. Hanya pada jam-jam tertentu saja terjadi kemacetan, misalnya saat jam beraangkat dan pulang kerja atau saat pagi dan sore hari. Itu pun hanya di jalan-jalan tertentu saja.
Hari jadi Kota Semarang jatuh pada 2 Mei 1547. Menilik hari jadinya tersebut, kota Semarang telah menjadi saksi peristiwa-peristiwa bersejarah di bumi Nusantara, mulai dari masa kerajaan, kolonial, perjuangan, hingga kemerdekaan. Perjalanan panjang tersebut secara tidak langsung membentuk kota Semarang menjadi kota yang memiliki nilai sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Lawang Sewu
Salah satu peninggalan bersejarah masa kolonial adalah Lawang Sewu. Bisa dikatakan belum ke Semarang jika belum berkunjung ke tempat ini. Bangunan peninggalan masa kolonial Belanda ini terletak di bundaran Tugu Muda sehingga mudah diakses oleh para wisatawan. Namun sayangnya, bagi wisatawan yang membawa kendaraan tidak disediakan parkir sehingga wisatawan harus memarkirkan kendaraannya di tempat lain. Oleh sebab itu, lebih nyaman ke Lawang Sewu dengan tanpa membawa kendaraan pribadi.


Berdasarkan tulisan yang ada di dekat area Lawang Sewu disebutkan bahwa gedung yang terkenal dengan cerita mistisnya ini dibangun pada 27 Februari 1904. Bangunan bergaya kolonial ini selesai dibangun pada Juli 1907. Dengan demikian, kolonial Belanda memerlukan waktu selama lebih kurang 4 tahun untuk menyelesaikan pembangunan gedung ini.




Setelah selesai dibangun, gedung Lawang Sewu digunakan untuk kantor pusat kereta api atau Kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Selanjutnya, sepanjang perjalanan sejarah, penggunaan gedung ini silih berganti. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), gedung ini digunakan untuk kantor Riyuku Sokyuku (Jawatan Transportasi Jepang). Setelah Jepang angkat kaki pada 1945, gedung ini kemudian digunakan untuk kantor DKRI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Dengan demikian, meskipun penguasa telah berganti sebanyak 3 kali, gedung ini tetap digunakan sebagai kantor kereta api.

Namun, pada saat Belanda berusaha kembali menjajah Indonesia pada 1946 dengan melakukan agresi militer, gedung tersebut dialihfungsikan menjadi markas tentara Belanda. Selanjutnya, pada 1949 Kodam IV Diponegoro menjadikan gedung ini sebagai markasnya. Pada 1994, gedung ini dimanfaatkan kembali untuk perkeretaapian. Saat ini, Lawang Sewu-yang berarti pintu seribu-dijadikan Bangunan Cagar Budaya sehingga dibuka untuk umum.
Dikarenakan Lawang Sewu lekat dengan dunia perkeretaapian maka di dalam gedung ini kita bisa melihat berbagai macam peninggalannya, misal karcis, pencetak karcis, replika kereta api, dan lain sebagainya. Di samping itu, di bawah gedung ini terdapat ruang bawah tanah yang digunakan untuk memenjarakan pejuang oleh Jepang. Namun sayangnya, saat saya ke tempat ini ruang bawah tanah tersebut sudah tidak boleh dikunjungi lagi.


Sam Poo Kong
Tempat lain di Semarang yang ramai dikunjungi adalah Klenteng Sam Poo Kong. Tempat ini ramai dikunjungi karena menyimpan sejarah perjalanan Laksamana Cheng Ho atau Laksamana Agung Zheng He. Menurut cerita, klenteng ini dahulunya adalah masjid. Hal itu dikarenakan Laksamana Cheng Ho merupakan seorang muslim sehingga konon menurut cerita pada saat ia singgah di daerah ini ia mendirikan masjid.
  
Area klenteng ini cukup luas sehingga pengunjung dapat leluasa bergerak di tempat ini. Selain dapat melihat-lihat bangunan yang bergaya ciri khas Tiongkok, kita bisa melihat patung besar Laksamana Agung Zheng He. Biaya masuk ke area ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Rp10.000 untuk kunjungan area luar saja dan Rp25.000 untuk kunjungan luar dan dalam.
Banyak hal lain yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang selain mengunjungi dua tempat di atas. Misalnya Simpang Lima. Di area ini kita bisa menikmati ragam makanan dan wisata malam. Perjalanan ke Semarang diakhiri dengan membeli oleh-oleh khas Semarang seperti bandeng, tahu bakso, wingko, dan lain sebagainya.[]

Posting Komentar

0 Komentar