Wisata Alam dan Religi di Gunung Tidar

Biasanya kita mengenal gunung sebagai tempat yang tinggi dan besar. Minimal sebuah tempat tinggi bisa disebut gunung jika memiliki ketinggian lebih dari 600 meter. Di samping itu, karena ketinggian dan kebesaran sebuah gunung, maka gunung jamak dijumpai di tempat yang jauh dari keramaian, atau dengan istilah lain gunung banyak terletak di desa atau pedalaman. Namun, ada yang di luar kebiasaan itu. Di Kota Magelang terdapat sebuah gunung yang tingginya tidak mencapai 600 meter. Tinggi gunung ini hanya sekitar 503 meter saja. Gunung ini terletak di tengah-tengah Kota Magelang. Masyarakat Kota Magelang menamakan gunung tersebut dengan sebutan Gunung Tidar.

Disebabkan Gunung Tidar terletak di tengah-tengah kota, maka akses ke tempat ini sangat mudah. Pengunjung bisa menggunakan angkot, ojek online, kendaraan pribadi, bahkan jalan kaki. Saya sendiri memilih berjalan kaki dari tempat hotel saya menginap. Pilihan ini saya ambil karena hotel tempat saya menginap tidak begitu jauh dari lokasi dan keinginan saya untuk olahraga pagi.


Sekira pukul 06.00 WIB saya berangkat ke lokasi. Sampai di lokasi pukul 06.30 WIB. Saat sampai sudah banyak masyarakat yang menunggu di pintu masuk. Gerbang masuk Gunung Tidar baru dibuka pukul 07.00 WIB. Sambil menunggu gerbang masuk dibuka, saya berjalan-jalan di sekitar lokasi. Di sekitar lokasi banyak dijumpai warung-warung penjual makanan ringan dan aneka makanan. Wisatawan tidak perlu khawatir perutnya kosong karena bisa membeli makanan di banyak tempat. Wisatawan juga tidak perlu cemas jika kebelet atau “urusan ke belakang” mendadak muncul. Di sekitar lokasi terdapat toilet umum yang bisa digunakan oleh wisatawan.

Saat saya berkunjung ke Gunung Tidar, kondisi di Kota Magelang pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya masih berada dalam pandemi Covid-19. Pandemi ini mengharuskan masyarakat mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari penularan virus ini. Protokol kesehatan itu harus diterapkan dalam semua sisi kehidupan, misalnya dalam penerbangan penumpang wajib menunjukkan hasil rapid test (non reaktif) atau SWAB (negatif) saat masuk ke bandara dan naik pesawat. Di bandara penumpang menunjukkan hasil rapid test atau SWAB ke petugas. Selanjutnya, petugas memberikan stempel khusus. Saat akan naik pesawat, petugas juga kembali memeriksa hasil rapid test atau SWAB.

Penumpang juga diharuskan mengisi aplikasi eHAC. Aplikasi ini bertujuan untuk mengetahui tujuan dan asal dari penumpang sehingga memudahkan tracking dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Aplikasi ini diisi di bandara asal penumpang, kemudian saat sampai di bandara tujuan, petugas akan memindai barcode yang ada di aplikasi.

Pandemi Covid-19 membuat negara-negara di dunia, termasuk Indonesia berjuang keras menghadapinya. Tantangan yang dihadapi tidak hanya kesehatan tetapi juga perekonomian. Banyak negara yang ekonominya minus 2 kali berturut-turut (resesi), seperti Amerika Serikat, Jerman, Italia, Prancis, Spanyol, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Filipina, Thailand, dan Malaysia. Indonesia sampai saat ini masih terus berjuang agar terhindar dari resesi.

Kota Magelang merupakan salah satu provinsi di Provinsi Jawa Tengah yang posisinya berdekatan dengan Yogyakarta. Oleh karena itu, lebih baik memilih penerbangan ke Yogyakarta dibandingkan ke Semarang. Bandara Yogyakarta berada di Kulon Progo yang jaraknya sekitar 1,5 jam dari Kota Magelang. Kota kecil yang hanya memiliki 3 kecamatan ini terkenal dengan akademi militernya. Akademi militer berlokasi di sekitaran Gunung Tidar.






Tepat pukul 07.00 gerbang masuk Gunung Tidar dibuka oleh petugas. Di area pintu masuk disediakan tempat mencuci tangan. Setelah mencuci tangan, petugas memeriksa suhu tubuh pengunjung dengan thermo gun. Jika panas suhu tubuh pengunjung tidak tinggi, maka pengunjung lanjut ke loket pembayaran. Karcis masuk ke Gunung Tidar murah meriah, yaitu Rp3000 saja.

Untuk sampai ke puncak Gunung Tidar, kita harus menaiki tangga. Tangga ini dibangun dengan baik dan rapih. Dalam jarak beberapa meter terdapat bangku yang dapat digunakan untuk istirahat oleh pengunjung. Sepanjang perjalanan menuju puncak, kita dapat menikmati udara segar dan memandangi rindangnya pepohonan. Kalau sedang beruntung, pengunjung juga bisa melihat monyet yang ada di hutan Gunung Tidar.







Sekira setengah perjalanan, yaitu di lokasi tugu bertuliskan Gunung Tidar terdapat penjual minuman dan makanan ringan. Bagi pengunjung yang kehausan bisa membeli minuman mineral di tempat ini. Harganya pun murah, hampir tidak jauh berbeda dengan minuman yang dijual di warung-warung pinggir jalan.

Naik ke atas lagi kita akan bertemu dengan makan Syekh Subakir. Di area ini, terdapat beberapa warung penjual makanan dan minuman. Kita juga bisa shalat di sini karena ada masjid di sebelah makam Syekh Subakir. Menurut penjual yang ada di warung sebelum pandemi banyak pengunjung yang datang berziarah ke makam Syekh Subakir. Namun sejak pandemi Covid-19, pemerintah Kota Magelang membatasi jumlah pengunjung. Bahkan, pemerintah kota juga memasang spanduk yang bertuliskan dilarang menginap. Bisa disimpulkan bahwa sebelum pandemi, banyak peziarah yang menginap di area makam Syekh Subakir.

Saat saya naik ke Gunung Tidar ini, banyak santri yang berziarah ke makam Syekh Subakir. Santri-santri ini berdoa dengan khusyuk di makam Syekh. Syekh Subakir dianggap memiliki jasa besar dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Syekh Subakir dianggap memiliki kemampuan mengalahkan makhluk gaib yang bersemayam di Gunung Tidar. Syekh yang berasal dari Persia ini ditugaskan untuk menaklukkan makhluk gaib yang mengganggu masyarakat. Dengan bekal ilmu dan batu hitam, usaha Syekh Subakir ini membuahkan hasil. Makhluk gaib yang ada di Jawa berhasil ditaklukkannya. Setelah berhasil dia kembali ke tanah kelahirannya di Persia dan tidak kembali lagi ke Jawa.










Tidak jauh dari makam Syekh Subakir terdapat makam Kiai Sepanjang. Makam ini berbentuk bangunan panjang. Di dekat makam ini terdapat spanduk yang menghimbau masyarakat untuk mengindari perilaku syirik. Berjalan lebih ke atas kita akan sampai di puncak Gunung Tidar.

Hamparan lapangan luas kita temukan di puncak Gunung Tidar ini. Di salah satu sudut lapangan terdapat penjual minuman dan makanan ringan. Tidak jauh dari penjual makanan, terdapat satu pohon besar yang bertuliskan Petilasan Pangeran Purbaya. Setidaknya terdapat 3 monumen yang ada di puncak Gunung Tidar. Di tengah-tengah lapangan terdapat tugu yang menurut legenda di bawah tugu itu terdapat batu hitam yang dibawa oleh Syekh Subakir. Tugu ini terkenal dengan sebutan Paku Tanah Jawa. Di sebelah utara lapangan juga terdapat sebuah makan yang berwarna kuning berbentuk tudung saji. Makan ini merupakan makam Kiai Semar.





Gunung Tidar setidaknya menyediakan 2 hal kepada pengunjungnya, yaitu pemandangan hutan plus segarnya udara dan spritualisme. Bagi pengunjung yang tidak pernah olahraga disarankan untuk menyiapkan fisiknya sebaik mungkin agar bisa mencapai puncak Gunung Tidar. Hal ini untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan dan kegagalan mencapai puncak Gunung Tidar.[]


Posting Komentar

0 Komentar