Pengertian
Peradaban
Kata peradaban dalam KBBI memiliki makna kemajuan
(kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin; dan hal yang menyangkut sopan santun, budi
bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Makna itu menunjukkan bahwa peradaban
merupakan puncak tertinggi yang berhasil diraih oleh manusia.
Dalam
bahasa Arab kata peradaban memiliki sinonim dengan al-hadharat. Kata ini seringkali diidentikkan dengan kata kebudayaan
(al-tsaqafah). Kedua kata yang berbeda ini berimplikasi pada
munculnya dua kelompok pemahaman, yaitu pertama yang membedakan kedua pengertian
kata tersebut, dan kedua yang menyamakan makna kedua kata itu. Namun demikian,
perbedaan atau persamaan makna kedua kata itu tetap dibenarkan karena
penggunaan kata juga bergantung dengan konteksnya. Di samping itu, bahasa Arab
juga memberikan kata al-tamaddun
untuk menyebutkan makna peradaban. Oleh karena itu, muncul istilah masyarakat madani yang memiliki makna masyarakat beradab.
Anugerah
manusia sebagai makhluk Allah yang berakal menjadi
poin penting atau utama dalam pembentukan peradaban. Manusia telah berubah dari
Zaman Batu ke Zaman Logam, sampai akhirnya ke Zaman Silikon. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya, seperti burung, yang dari zaman Adam sampai sekarang
tidak pernah berubah dalam cara mencari makan dan membuat sarangnya.
Peradaban Islam
Nishiyama,
professor dari Jepang, berkata "Perbandingan peradaban Islam dan Eropa
seperti kota Tokyo dengan kota New Guinea." Perkataan professor ini
menyiratkan kemajuan peradaban Islam pada Abad Pertengahan. Namun demikian, di
antara kaum muslim masih banyak yang belum mengetahui tentang kemajuan
peradaban Islam tersebut.
Kemajuan peradaban Islam pada Abad
Pertengahan tidak berlangsung singkat. Sampai hari ini belum ada negara modern yang bisa menyamai usia
peradaban Islam. Sebagaimana diketahui, kemajuan peradaban Islam berlangsung
selama sekitar 8 abad. Selama hampir satu millennium tersebut, Islam menjadi
cahaya penerang bagi manusia di muka bumi. Kejayaan peradaban Islam
ini terus berlangsung lama sampai akhirnya bangsa Mongol menyerang dan
menghancurkan pusat peradaban Islam di Baghdad.
Akan tetapi, di dunia Barat
Islam (Andalusia), peradaban Islam tetap maju meskipun Baghdad telah hancur.
Peradaban Barat Islam mulai runtuh setelah satu demi satu wilayah Islam
ditaklukkan oleh Eropa Kristen. Akhirnya, Kordova sebagai kota pusat peradaban
Islam di Barat berhasil direbut Eropa Kristen. Dan terakhir takluknya kota
Granada menandai tamatnya peradaban Islam di Barat.
Di samping itu, runtuhnya Kesultanan Turki Utsmaniyyah
mengakibatkan persatuan umat Islam
menjadi hancur sehingga Eropa pun semakin kuat mencengkeramkan kuku-kuku
imperialisme-nya di negara-negara muslim. Seiring
perjalanan roda sejarah, bangsa Islam kemudian berada dalam cengkeraman bangsa
Eropa. Padahal sebelumnya bangsa Eropa belajar kepada Islam hingga mereka bisa
maju.
Penjajahan
terhadap bangsa-bangsa muslim
Dengan dijajahnya
bangsa-bangsa muslim, maka sumber daya alam dan bahkan sumber daya manusia
muslim telah dieksploitasi habis-habisan. Kaum muslim tidak hanya telah
mengalami kerugian besar dalam hal material, namun yang lebih menyedihkan ialah
bahwa kaum muslim telah mengalami depresi mental dan intelektual yang parah. Akibatnya
dalam diri kaum muslim muncul sikap inferioritas yang parah, etos kerja yang
buruk, dan rendahnya tingkat pendidikan. Kaum muslim nampaknya telah cukup puas
dengan menjadi plagiator bagi sains dan teknologi Barat. Bahkan, kaum muslim
juga nampaknnya cukup bahagia dengan menjadi pasar atau konsumen bagi
produk-produk Barat. Kaum muslim seolah-olah telah lunglai dan merasa putus asa
untuk bangkit dan mengejar Barat, karena semakin kita kejar ternyata laju
mereka semakin cepat pula.
Entah sampai kapan Islam akan
kembali memegang peradaban di dunia atau justru Islam tidak akan pernah lagi
menjadi yang nomor satu di dunia? Jawaban dari pertanyaan tersebut tergantung
kepada umat Islam sendiri. Kalau umat Islam menginginkan kemajuan dengan
belajar kepada kemajuan peradaban Islam pada Abad Pertengahan maka pasti akan
kembali maju. Tetapi, jika pengetahuan mengenai kemajuan peradaban Islam itu
hanya sekedar dijadikan pengetahuan maka ia hanya akan menjadi romantisme dalam
sejarah.
Untuk menghindari romantisme sejarah
peradaban Islam maka diperlukan usaha sungguh-sungguh dari seluruh umat Islam.
Usaha itu tidak hanya cukup dengan mengajarkan Sejarah Kebudayaan Islam atau
Sejarah Peradaban Islam di sekolah-sekolah atau kampus Islam, tetapi kerja
nyata setelah pengetahuan itu diperoleh. Dr. Abdul Majid berpendapat "bangsa
yang akan maju ialah bangsa yang menentukan arah. Ia menguasai sains, teknologi,
dan informasi".
Kaum muslim seharusnya sudah sadar bahwa umat Islam tidak
akan pernah bisa bangkit dengan uluran tangan Barat atau bangsa mana pun di
dunia ini. Kaum muslim harus bangkit dengan kaki dan tangan-tangan kita sendiri.
Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) menurut Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno.
Dunia Islam tidak akan pernah bisa melahirkan lagi peradaban maju apalagi melampaui
peradaban Barat jika kaum muslim hanya berpuas diri menjadi peniru peradaban Barat.
Dunia Islam harus menatap Barat dengan perasaan setara. Tidak
boleh ada perasaan inferior (rendah diri) sedikit pun juga. Rasa percaya diri
yang tinggi, mampu membuat kaum muslim mengambil apapun juga dari mereka—kalau memang
hal itu kita anggap perlu, sebagaimana yang pernah dilakukan Barat terhadap
peradaban Islam pada Abad Pertengahan. Namun sebaliknya, kita pun harus tidak
segan-segan melempar sesuatu dari mereka ke tempat sampah kalau kita merasa
sesuatu itu tidak bermanfaat bahkan berbahaya bagi kita
Untuk mewujudkan kaum muslim yang maju,
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya [1] Menjalankan
ajaran Islam dengan konsisten dan sungguh-sungguh; [2] Menjauhi taklid (kepala
batu); [3] Memiliki semangat tajdid (berpikir kreatif); [4] Mampu menggali
dan memanfaatkan informasi; dan [5] Penguasa memberikan keteladanan, kepeloporan,
dan memajukan sains dan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Ilmu pengetahuan merupakan poin
penting bagi kejayaan peradaban Islam. Al-Qur’an sebagai mukjizat yang
diturunkan Allah untuk pedoman hidup umat muslim dengan jelas mengetengahkan
berbagai keutamaan dan urgensi
ilmu pengetahuan untuk kemajuan umat manusia. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Mujadilah
ayat 11 yang artinya “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Mujadilah: 11)
Betapa penting ilmu pengetahuan
dalam memajukan peradaban Islam sehingga Imam Syafi’i berkata “Menuntut ilmu itu lebih utama daripada sembahyang sunnah”.
Ilmu pengetahuan berperan sebagai
penyangga utama peradaban sehingga semakin tinggi dan kuat ilmu pengetahuan
maka peradabannya juga akan semakin maju. Meskipun harus dipahami bahwa dalam
mengejar kemajuan ilmu pengetahuan tidak boleh mengesampingkan pendidikan moral.
Karena Islam merupakan agama yang memiliki ajaran etis (akhlak) lengkap.
Produk ilmu pengetahuan Islam berbeda
dengan ilmu pengetahuan non-Islam. Perbedaan itu terletak pada keyakinan bahwa
sumber ilmu pengetahuan berasal dari Yang Maha Satu, yaitu Allah SWT. Itu
artinya setinggi apapun ilmu pengetahuan itu dicapai dalam Islam pastilah tetap
harus berlandaskan pada nilai-nilai etis yang diatur dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.
Dengan demikian, kaum muslim harus
mementingkan ilmu pengetahuan agar peradaban Islam kembali maju. Hal yang sama
telah dilakukan oleh para pendahulu Islam dengan menomorsatukan ilmu
pengetahuan sehingga selama hampir satu millennium mereka menjadi satu-satunya
peradaban paling maju di dunia pada Abad Pertengahan.[]
0 Komentar